Pulau Harapan terletak di gugus utara Kepulauan Seribu. Masing-masing terbagi menjadi Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan, yang masih menjadi satu wilayah dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kedua pulau terhubung oleh jalan ber-paving block, yang dibangun di atas karang yang direklamasi.
Meski bernama Pulau Kelapa, hampir tidak saya temukan pohon kelapa yang tumbuh di pulau ini. Di kedua pulau, vegetasi yang mudah ditemukan di darat adalah pohon ketapang, belimbing, cemara, selain pohon budidaya mangrove. Rumah-rumah berdiri berhimpitan namun tetap tak mengesankan sempit.
Begitu turun dari dermaga, kami disambut puluhan tukang becak yang menawarkan jasanya. Becak-becak ini saya duga berasal dari Jakarta, yang dilarang digunakan sebagai alat transportasi pada tahun 1994 – meski becak masih bisa ditemukan di sekitar Pasar Muara Angke.
Secara umum penduduk Pulau Kelapa dan Pulau Harapan lebih ramah daripada penduduk di Pulau Tidung, Pulau Pramuka, atau Pulau Panggang. Listrik yang hanya menyala mulai pukul 4 sore hingga 7 pagi, yang dibangkitkan menggunakan generator diesel untuk melayani kedua pulau, tak mengurangi kesan ramai.
Pada sore hari, masyarakat berkumpul di lapangan olah raga yang terletak di pinggir pantai, sekedar bermain bola atau duduk-duduk menikmati senja. Anak-anak pun berlarian ke sana-kemari dan menyapa dengan ceria bahkan minta difoto dan berpose ketika dipotret.
Beberapa dagangan dijajakan berkeliling menggunakan gerobak yang telah dimodifikasi. Salah satunya adalah penjual pakaian ini. Selain pakaian, air tawar yang diambil dari instalasi pengolahan air (sumber air dari sumur yang airnya payau), yang airnya masih setengah payau, dijual dalam jirigen-jirigen dengan harga 500 rupiah per jirigen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar